R&D merupakan
salah satu divisi perusahaan yang bertugas untuk melakukan berbagai kegiatan
riset dan pengembangan baik dalam hal produk yang dihasilkan maupun peralatan
pendukungnya dengan sasaran melahirkan gagasan inovatif untuk
menghadirkan produk baru yang lebih diminati pasar dan dapat diproduksi secara
efisien.
Kegiatan
pengembangan produk melibatkan berbagai pekerjaan dalam hal desain, proses, product quality assurance, inovasi
teknologi, marketing serta pengelolaan bisnis. Dalam menciptakan produk baru, R&D
memanfaatkan perkembangan teknologi pengolahan dan bahan baku yang mutakhir
untuk mendapatkan produk yang berkualitas dan aman untuk dikonsumsi.
Kegiatan R&D pada umumnya adalah membuat
dan mengembangkan produk baru. Adapun rangkaian urutan
pembuatan produk baru adalah sbb:
1. Penentuan konsep produk dan penentuan standar
Konsep produk merupakan
rancangan produk yang akan dibuat. Rancangan ini bisa merupakan penemuan produk
baru maupun imitasi produk yang sudah beredar di pasaran yang nantinya akan
dikembangkan dengan variasi berbeda.
2. Formulasi dan costing bahan
Langkah awal yang perlu
diperhatikan adalah penentuan harga
produk. Harga produk harus
disesuaikan dengan kondisi pasar. Jika produk yang dibuat sudah banyak beredar
di pasar, maka harga produk dibuat sama atau rata-rata dengan yang ada di
pasaran. Jika produk yang dibuat merupakan produk baru yang belum ada di
pasaran maka penetapan harga produk disesuaikan dari modal yang dikeluarkan dan
kondisi pasar dimana produk itu akan dipasarkan.
Ketika harga produk sudah
ditentukan barulah proses formulasi bisa dilakukan. Dengan anggapan, harga
bahan-bahan (modal) harus kurang dari harga produk yang sudah ditetapkan.
Formulasi adalah suatu
proses perumusan formula atau bahan-bahan penyusun suatu produk.
Selain harga bahan, yang
perlu diperhatikan saat formulasi adalah
penggunaan bahan-bahan yang sesuai dengan peraturan pangan. Bahan-bahan yang
digunakan harus aman dan tidak menimbulkan bahaya ketika dikonsumsi. Untuk
penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) seperti pemanis buatan, pewarna buatan
dan bahan pengawet tidak boleh melebihi batas penggunaan BTP yang telah
ditentukan oleh pemerintah. Formulasi biasanya dilakukan lebih dari satu kali
sampai menemukan formula yang paling tepat.
3.
Trial skala laboratorium
dan pilot plant
Trial merupakan salah satu kegiatan percobaan pembuatan produk baik dalam skala
laboratorium maupun skala pilot plant. Jika
produk memungkinkan untuk dilakukan trial skala laboratorium seperti pembuatan
powder drink maka ada baiknya produk dibuat pada skala laboratorium terlebih
dahulu, ini akan memberikan keuntungan berupa pengeluaran biaya bahan-bahan
yang lebih sedikit. Namun jika tidak memungkinkan untuk dilakukan trial pada
skala laboratorium maka pembuatan produk langsung dilakukan pada skala produksi
dengan jumlah produksi adonan sesuai kapasitas minimal mesin yang digunakan,
jadi belum menggunakan jumlah produksi adonan skala produksi harian.
Trial dilakukan untuk
melihat bagaimana produk yang dihasilkan dari formula yang telah ditetapkan.
Dari sini R&D dapat mengetahui dan menetapkan Standar Operational Procedur (SOP) untuk processing (pembuatan
produk) dan
menentukan titik kendali kritis atau Critical
Control Point ( CCP )unutk mengantisipasi segala kemungkinan kesalahan
beserta bahayanya. Selain itu, R&D juga dapat mengetahui kelebihan dan
kelemahan dari formula yang telah ditetapkan sehingga formula dapar direvisi
kembali juka memang produk masih belum sesuai harapan. Sama halnya dengan
formulasi, trial biasanya dilakukan lebih dari satu kali sampai mendapatkan
produk yang sesuai dengan konsep awal pembuatan produk.
4. Uji organoleptik
Setelah didapat produk
yang sesuai, kemudian dilakukan uji organoleptik. Uji organoleptik merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguji
kualitas suatu bahan atau produk menggunakan panca indra manusia. Jadi dalam
hal ini aspek yang diuji dapat berupa warna, rasa, bau, dan tekstur. Uji
organoleptik merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
menganalisis kualitas dan mutu produk.
Uji organoleptik dapat dibedakan menjadi :
·
Pengujian Pembedaan (Defferent
Test)
Pengujian pembedaan digunakan untuk
menetapkan apakah ada perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua
sampel. Meskipun dapat saja disajikan sejumlah sampel, tetapi selalu ada dua
sampel yang dipertentangkan.
Uji ini juga dipergunakan untuk
menilai pengaruh beberapa macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam
pengolahan pangan suatu industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau
persamaan antara dua produk dari komoditi yang sama. Pengujian
pembedaan ini meliputi :
a.
Uji pasangan (Paired comparison atau Dual comparation)
b.
Uji segitiga (Triangle test)
c.
Uji Duo-Trio
d.
Uji pembanding ganda (Dual Standard)
e. Uji pembanding jamak (Multiple Standard)
f.
Uji Rangsangan Tunggal (Single Stimulus)
g. Uji Pasangan Jamak (Multiple Pairs)
h. Uji Tunggal (A not A test)
·
Pengujian Pemilihan/Penerimaan (Preference
Test/Acceptance Test)
Uji penerimaan menyangkut penilaian
seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu bahan yang menyebabkan orang
menyenangi. Pada uji ini panelis mengemukakan tanggapan pribadi yaitu kesan
yang berhubungan dengan kesukaan atau tanggapan senang atau tidaknya terhadap
sifat sensoris atau kualitas yang dinilai. Uji penerimaan lebih subyektif dari
uji pembedaan.
Tujuan uji penerimaan ini untuk
mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat sensorik tertentu dapat diterima
oleh masyarakat. Uji ini tidak dapat untuk meramalkan penerimaan dalam
pemasaran. Namun, hasil uji yang menyakinkan tidak menjamin komoditi tersebut
dengan sendirinya mudah dipasarkan.
·
Pengujian
Diskripsi
Pengujian ini
merupakan penilaian sensorik yang didasarkan pada sifat-sifat sensorik yang
lebih kompleks atau yang meliputi banyak sifat-sifat sensorik, karena mutu
suatu komoditi umumnya ditentukan oleh beberapa sifat sensorik. Pada uji ini
banyak sifat sensorik dinilai dan dianalisa sebagai keseluruhan sehingga dapat
menyusun mutu sensorik secara keseluruhan. Sifat sensorik yang dipilih sebagai
pengukur mutu adalah yang paling peka terhadap perubahan mutu dan yang paling
relevan terhadap mutu. Sifat-sifat sensorik mutu tersebut termasuk dalam
atribut mutu. Contoh atribut mutu adalah tingkat rasa manis, tingkat rasa asin, kerenyahan,
kekenyalan, dsb.
Uji organoleptik yang biasanya digunakan di PT.
Sari Bumi Sentosa adalah uji kesukaan atau uji penerimaan (preference test) dan uji deskriptif. Panelis yang dilibatkan
dalam uji organoleptik ini adalah panelis terlatih dan semi terlatih, mulai
dari menager perusahaan sampai pada karyawan perusahaan. Panelis diminta
memilih produk atau sampel yang paling disukai dari beberapa produk atau sampel
hasil trial yang masing-masing berbeda formulasinya. Sampel yang paling banyak
dipilih (paling disukai) panelis, nantinya akan menjadi formula dasar untuk
produk tersebut.
5. Menyusun prototype etiket, plastik dan karton
Prototype merupakan tiruan produk yang mendekati produk asli atau
produk yang dibuat khusus untuk pengembangan sebelum dibuat dalam
skala sebenarnya atau skala
produksi.
Menyusun prototype
etiket, plastik dan karton biasanya sudah mulai dilakukan sejak awal proses
pembuatan produk baru. Namun, penyelesaiannya baru bisa dilakukan ketika bentuk
dan ukuran produk sudah fix.
Dalam penyusunan
prototype etiket, plastik dan karton, ukuran merupakan hal yang paling penting.
Ukuran kemasan harus dibuat sangat tepat sehingga tidak akan ada kesalahan
seperti kemasan terlalu sempit maupun kemasan terlalu longgar. Selain itu,
teknik penyusunan produk dalam plastik maupun karton harus diperhatikan agar
mendapat susunan produk dalam karton yang paling efektif sehingga dapat
meminimilisir biaya yang harus dikeluarkan. Penyusunan produk dalam kemasan
juga harus tepat, karena jika produk disusun tidak tepat maka risiko rusaknya
produk dalam kemasan ketika distribusi (kerusakan mekanis) juga akan semakin
besar.
Tahap selanjutnya yaitu,
design grafis dan gambar pada kemasan. Design grafis PT. Sari Bumi Sentosa
dilakukan oleh pihak luar (bekerjasama dengan perusahaan grafis dan produsen
kemasan). PT. Sari Bumi Sentosa hanya memberi konsep awal dan memperbaiki design
kemasan yang telah dibuat. Ketika design sudah sempurna maka kemasan siap untuk
diproduksi.
6. Monitoring dan reformulasi
Setelah produk
diproduksi, pada awal-awal proses produksi R&D masih memiliki tanggung
jawab untuk melakukan monitoring atau pengamatan pada produk yang diproduksi
untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan biasanya berupa kesalahan
proses maupun kerusakan mesin. Dari sini
R&D dapat lebih mengetahui tentang apa dan bagaimana yang harus dilakukan
bila terjadi suatu kesalahan. 3 bulan setelah launching produk, R&D melakukan
reformulasi dan costing bahan kembali. Karena, harga bahan-bahan yang digunakan
tidak selalu sama. Kadang harga naik, kadang
harga juga turun. Jadi costing bahan harus dilakukan untuk menghindari
harga produksi (modal) lebih besar dari harga produk.
Setelah produksi dianggap
sempurna maka monitoring proses produksi sepenuhnya diserahkan kepada QC untuk
menjaga kualitas produk selalu dalam kondisi terbaik / sempurna.
0 komentar:
Posting Komentar